Friday, October 1, 2010

Renungan Indah ( W.S. Rendra)

**puisi ini ku ambil dari laman sosial seseorg (melalui shbtku)... entah kenapa aku amat tersentuh dgn karya ini.. meski aku tau bkn dia penulisnya... tp entah, ku rasakan seolah-olah ini adlh gmbrn apa yg dia rasa... dia inginkan 'sesuatu' itu ttpi... wallahua'lam.. siapalah aku utk menilai dia yg mmg tdk kukenali sebetulnya....
"ya allah, andai begitu suratan yg tlh kau titipkan buat shbt ku itu, ku pohon agar KAU berikanlah dia kekuatan & ketabahan menghadapi dugaanMU ini... sinarilah hdpnya dgn kebahagiaan... berikanlah jua aku sedikit kekuatan agar dpt ku salurkan smgtku ini padanya... walau secebis cuma.... aminnn..."
dear, jauh disudut hatiku, aku menyayangimu spt adikku sndri... kita prnh suka duka bersama.. justru aku mencuba utk menggembirakanmu di saat kau memerlukan secebis kekuatan itu.... b strong my dear fren....**


Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milik-ku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ???U
ntuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukum bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku

Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"....

(Puisi terakhir Rendra yang dituliskannya di atas tempat tidur Rumah Sakit)